Jumat, 19 September 2014

Gumuk'e Nang Ndi Rek? *)

"... seperti biasa tapi tak biasa. Sungguh luar biasa. Cuma ada tiga di dunia. Dimanakah wajah kotaku yang dulu indah?. Tergantikan tuntutan zaman..."


     Sepenggal lirik lagu dari Tamasya menjadi theme song untuk menggambarkan kondisi gumuk di Kabupaten Jember. Salah satu ciri khas kota yang mulai dipertanyakan keberadaannya di era moderen seperti sekarang. Hal ini disebabkan eksploitasi besar-besaran dan tak terkendali semakin marak akhir-akhir ini.

     Menurut sejarahnya, formasi gumuk di Jember diyakini sebagai bekas aliran lava dan lahar dari kawah gunung Raung. Aliran ini lalu tertutup oleh bahan vulkanik yang lebih muda. Sampai ketebalan puluhan meter yang berasal dari gunung Raung sekarang. Kemudian terjadi erosi pada bagian-bagian yang lunak, yang terdiri atas sedimen vulkanik lepas selama kurang lebih 2000 tahun. Lalu, menghasilkan bentukan topografi gumuk hingga terlihat seperti saat ini (Verbeek dan Vennema, 1936).