...
Manisku, mungkin aku tak segemilang
sukab yang rela memburu dan menghadiahkan senja kepada kasihnya tercinta - Alina.
Terlalu musykil bagiku mengerat senja, melipatnya, kemudian memasukkannya ke
dalam sebuah amplop lalu, mengirimkannya padamu. Aku tak mampu menjanjikan
apapun manisku, selain apa-apa yang selalu kau lihat dan rasa setiap hari.
Belakangan, akupun semakin mudah menyerah atas apa-apa yang harusnya kuperjuangkan
dan pertahankan.
Terakhir, ingin kuteriakkan segala
ocehan ini. Tapi, entah dengan cara bagaimana. Mungkin dalam hati saja. Biarkan
kuhayati dirimu dengan sungguh. Kemudian, yang bisa aku lakukan tinggal
berserah pada celah-celah ketakberdayaan. Sembari belajar untuk sungguh
menerima. Lalu, berusaha untuk berbahagia dengan sebuah impian dan sebuah
kejujuran. Semoga pesan ini benar sampai dengan utuh kepadamu, terutama hatimu manisku.
Bersama harapan dan rasa yang membuncah. Entah bagaimana. Bahasaku tinggallah
rasa.