Kamis, 05 Januari 2017

Bagian Kedua

...

Manisku, mungkin aku tak segemilang sukab yang rela memburu dan menghadiahkan senja kepada kasihnya tercinta - Alina. Terlalu musykil bagiku mengerat senja, melipatnya, kemudian memasukkannya ke dalam sebuah amplop lalu, mengirimkannya padamu. Aku tak mampu menjanjikan apapun manisku, selain apa-apa yang selalu kau lihat dan rasa setiap hari. Belakangan, akupun semakin mudah menyerah atas apa-apa yang harusnya kuperjuangkan dan pertahankan.

Terakhir, ingin kuteriakkan segala ocehan ini. Tapi, entah dengan cara bagaimana. Mungkin dalam hati saja. Biarkan kuhayati dirimu dengan sungguh. Kemudian, yang bisa aku lakukan tinggal berserah pada celah-celah ketakberdayaan. Sembari belajar untuk sungguh menerima. Lalu, berusaha untuk berbahagia dengan sebuah impian dan sebuah kejujuran. Semoga pesan ini benar sampai dengan utuh kepadamu, terutama hatimu manisku. Bersama harapan dan rasa yang membuncah. Entah bagaimana. Bahasaku tinggallah rasa.



Adakah kau tahu manisku? Semoga masih tersisa terang setelah mendung yang terus menggantung belakangan hari. Terang juga untuk hati dan hidupmu tentunya. Jikapun ocehan ini tak jua mampu untuk bersambut, ijinkanku untuk selalu menikmati bayang-bayang dirimu, untuk selalu mengagumimu. Untuk kemudian, selalu mencintaimu. Dalam remang, dalam gelap, meski hanya dengan diam-diam.









_____________________

03 : 24 dini hari
Dengan segenggam rindu,
sedikit harapan;

Laki dengan sejuta gagal
bersama kenangan-kenangannya

0 komentar:

Posting Komentar