Menulis….
Tulis..tulis..tulis… tapi saya percaya membaca menjadi yang lebih utama. Baca..
baca.. baca.. baca.. kita harus lebih banyak menjalani ritus membaca sebelum
melakukan pekerjaan mulia nan suci bernama menulis. Saya masih berkeyakinan
kalau menulis diawali niat untuk berusaha sedikit saja lebih lama dan lebih
banyak membaca. Seakan menjadi sebab akibat, bagaimana kita bisa menulis jika
tak sedikitpun memulai untuk terbiasa membaca. Apa yang akan kita tuliskan?
Pengalaman pribadi. Oke, tapi bagaimana cara dan pengambilan sudut penceritaan
juga tak mungkin serta-merta kita miliki begitu saja. Tiba-tiba wuss masuk ke otak dan pikiran kita
macam wahyu iblis yang datang dari antah berantah.
Hal lain yang
juga saya percaya terkait menulis, bahwa sekalipun orang memiliki kecerdasan
diatas rata-rata tak menjamin dia bisa memainkan kata dengan ciamik. Jangankan
memainkan kata, sekedar memilih dan menepatkan padanan kata saja mereka
terengah-engah. Sialnya, mereka bangga. Jarang membaca, tak pandai
memadu-padankan kata, hingga tak memahami ejaan yang benar lalu mereka bangga.
Saya tak habis pikir. Tapi, mereka tetap bangga.