Sabtu, 21 Mei 2016

Bebal Menulis

Menulis…. Tulis..tulis..tulis… tapi saya percaya membaca menjadi yang lebih utama. Baca.. baca.. baca.. baca.. kita harus lebih banyak menjalani ritus membaca sebelum melakukan pekerjaan mulia nan suci bernama menulis. Saya masih berkeyakinan kalau menulis diawali niat untuk berusaha sedikit saja lebih lama dan lebih banyak membaca. Seakan menjadi sebab akibat, bagaimana kita bisa menulis jika tak sedikitpun memulai untuk terbiasa membaca. Apa yang akan kita tuliskan? Pengalaman pribadi. Oke, tapi bagaimana cara dan pengambilan sudut penceritaan juga tak mungkin serta-merta kita miliki begitu saja. Tiba-tiba wuss masuk ke otak dan pikiran kita macam wahyu iblis yang datang dari antah berantah.

Hal lain yang juga saya percaya terkait menulis, bahwa sekalipun orang memiliki kecerdasan diatas rata-rata tak menjamin dia bisa memainkan kata dengan ciamik. Jangankan memainkan kata, sekedar memilih dan menepatkan padanan kata saja mereka terengah-engah. Sialnya, mereka bangga. Jarang membaca, tak pandai memadu-padankan kata, hingga tak memahami ejaan yang benar lalu mereka bangga. Saya tak habis pikir. Tapi, mereka tetap bangga.