Senin, 10 Agustus 2015

(Hampir) Surat Cinta

Dear Dirimu,

Kutulis bait-bait ini di sepetak ruang yang cukup luas dan sunyi. Sendiri. Di luar begitu tenang dan sepi, sangat sempurna. Bulanpun sudah mulai menua dan siap terlahir kembali dengan wajah baru. Tantri masih melantunkan Rock Never Dies dengan suaranya yang khas diiringi musik yang menghentak lantang.

Tidak satu hal pun yang langgeng disekeliling kita. Segala sesuatunya senantiasa bergerak, berubah. Tak terkecuali waktu. Karena hal itu, diriku punya dendam yang sangat kepada waktu yang pada akhirnya melahirkan anak bernama jarak. Entah, dari rahim yang mana ia terlahir. Sebaliknya aku ingin dia seharusnya tak pernah terlahir. Karena akhirnya harus begitu terasa menyiksa.Tapi satu hal, itu tak akan diriku alamatkan pula padamu.

Senin, 03 Agustus 2015

Mimpi Itu Tak Wajib (Memang)

Mimpi memang tak wajib, cuk. Sebab itu aku menyarankan untuk segera saja kau rampungkan itu skrip(sweet). Kalaulah kamu menolak tak jadi soal. Tapi, jangan terlalu lama juga mimpinya (apalagi sampai basah). Mimpilah sejenak, lalu mikir. Nah, sepertinya kamu mulai protes lagi. Yo ndak cuma mimpi dan mikir saja. Rumangsamu arep onani. Setidaknya rehat sejenak, ambil nafas, terus mikiro. Kamu sudah lama juga kan jadi mahasiswa, apalagi sekarang tinggal satu tugas saja yang harus kau rampungkan. Ya segera selesaikan!. Sampai disini pasti kau mulai mencak-mencak. Menganggap ini sebuah pledoi pribadiku. Lalu, kau mulai berfatwa dengan dasar ini-itu untuk sekedar meng-counter ocehan saya ini. Ah, kamu macam organ besar diluar sana yang hobi meracik fatwa buat urusan-urusan yang tak substantif. Sekali lagi saya hanya menjalankan peran sebagai kawan yang baik (setidaknya sampai detik ini). Saya hanya khawatir saja kalau nanti organ ini tetiba saja mengumumkan kalau mahasiswa yang selalu betah di kampus dan tak segera lulus kemudian dicap sebagai komoditas haram. Astaghfirullah! Na'uzubillah min zallik!

         Sekali lagi aku tekankan, mimpi memang tak wajib. Khususon  buatmu, merampungkan itu skrip(sweet) lebih utama cuk! dan juga insaallah barokah. Coba saja lagi kau gumuli itu teori-teori, kolom-kolom dan kalau perlu gumuli juga dosen pembimbingmu cuk, siapa tahu kamu bisa diluluskan dengan segera. Nah, setelah semua itu rampung baru bermimpilah lagi. Menikahi kakak batak berkacamata itu mungkin. Segera cari penghasilan tambahan mungkin. Sebab warung kopi ini tak cukup menjanjikan kenyamanan, apalagi kekayaan.